Ternyata Air Bisa Mengalir ke Atas

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiIXR-En_vVyD22BM1oT0cdzesZedcgN_wXxmKN9Oon5y1IXc3c8XYuIDbLENQI4HEvWslY4fiYuC4qe-zCh4I88LRk1YprJlCMGrVgfUIToOM7nm81JXFTbe0CJLRXANM919ZX1KDNsU4/s345/air3.jpg
 Dalam keseharin kita sudah biasa menyaksikan fenomena seperti ini:
“Air selalu mengalir dari tempat yang lebih tinggi ke tempat yang lebih rendah”. Saking seringnya kita menyksikan fenomena tersebut, sebagian besar dari kita terykinkan bahwa memang seperti itulah sifat air, sehingga menjdi sesuatu yng tak mungkin jik sampai terjadi hal sebaliknya, air mengalir ke atas.

Pandangan seperti itu memang tak salah. Apalagi dalam hubungan fisika, disebitkan, salah satu sifat air adalah mengalir dari tempat yng lebih tinggi ke tempat yang lebih rendah karena adanya gravitasi bumi. Namun, ternyata tak selamanya demikian karena air juga dapat mengalir ke atas. Buktinya, dengan bantuan pompa berekanan lebih besar dari pada gravitasi bumi, air bisa dialirkan ketempat yang lebih tinggi. Lantas, bagaimana jika tanpa bantuan tekanan tinggi?

Secara matematis, ternyata tanpa bntuan tekanan tinggi pun air dapat mengalir ke atas. Coba perhtikan tetes air yang menempel di permukaan kaca luar jendela saat hujan. Butiran-butiran kecil tetap bertahan ditempatnya, sedangkn butiran yang menytu sehingga menjadi besar mengalir ke bawah.

Hal tersebut dapat terjadi karena adanya tegangan permukaan kaca dengan tetesan air. Jika gaya yang dihasilkan seimbang dengan gaya gravitasi bumi, tetesan air tidak terjatuh sementara pada tetesan air yang besar, gaya yang dihasilkan tegangan permukaan tak cukup kuat menahan beratnya sehingga menglir turun.
Tidak hanya itu, tetesan air secara teori jug dapat merambat keatas jika tegangan permukaannya sangat besar. Pra matematikawan di universitas Bristol, Inggris mengatakan, jika permukaan digoyang, bukan tak mungkin air mengalir keatas. Namun, tak semua jenis cairan dengan viksositas (kerapatan) rendah akan terurai.

“Saat gelombang di permukaan naik, butiran air akan tertekan, namun ia akan merambat naik begitu permukaanya turun,” Ujar Jens Eggers, salah seorang Matematikawan. Fenomena ini dapat terjadi pada kemiringan hingga 850 tergantung tegangan permukaan yng dapat ihasilkan dari getaran.
Namun, keunikan ini tidak dapat didemonstrasikan pada semua jenis cairan. Air murni mungkin tidak cukup memiliki viksositas yang kuat untuk menahan getaran inggi. Tetesan cairan yang terlalu tebal juga merambat pelan. Memahami sifat cairan yang fleksibel ini dapat berguna untuk mempelajari berbagai proses biologi seperti pengikatan molekul DNA.



Artikel Terkait: