Jajanan Makan Siang di Pasar Gede Harjonagoro

Jajanan Makan Siang di Pasar Gede Harjonagoro
Foto: Bondan W
Jakarta - Kali ini saya ajak Anda makan siang sambil blusukan ke dalam pasar tradisional. Berkat jasa Walikota Joko Widodo, Solo kini semakin asri dengan pasar tradisional yang dipertahankan sebagai pusaka. Salah satunya adalah Pasar Gede Harjonagoro - karya arsitek kenamaan asal Belanda: Thomas Karsten.
   
Dalam bahasa Inggris, pasar tradisional juga disebut sebagai wet market, alias pasar basah. Maklum, umumnya pasar tradisional memang identik dengan tingkat kebersihan yang rendah. Basah, becek, banyak ojek pula! Ha ha ha ...
   
Tidak demikian halnya dengan Pasar Gede ini. Sekalipun sudah terbakar dua kali, pasar ini selalu dibangun kembali mengikuti bentuk aslinya. Lantainya dibuat dari ubin semen, tidak licin seperti ubin keramik, dan selalu terjaga kebersihannya.
   
Yak, tujuan pertama adalah Dawet Telasih Pasar Gede (Ibu Hj. Siswo/Sipon, 0271 2067579, 081802552081). Bu Siswo sekarang sudah digantikan oleh anaknya, berjualan cendol (hijau dan putih), nanas, rumput laut, dan janggelan (cincau hitam) dalam jumlah besar. Para pedagang es cendol dan es campur membeli bahan-bahan baku mereka dari sini. Tetapi, selain melayani penjualan grosiran seperti itu, Bu Siswo sebetulnya malah lebih dikenal end users sebagai penjual es dawet telasih yang paling dirindukan. Semangkuk hanya Rp 3ribu, isinya: cendol hijau, bubur sumsum, bubur ketan hitam, biji selasih, disiram kuah santan. Selasih atau telasih adalah biji bunga dari tumbuhan seperti kemangi, tetapi langu.
   
Sasaran berikutnya adalah lenjongan. Lenjongan adalah istilah Solo untuk penjual berbagai jajanan pasar. Di Pasar Gede ada tiga lenjongan populer. Favorit saya adalah Bu Suminem, karena jualannya sangat komplet. Setiap hari ada sedikitnya 11 macam yang dia bawa: gendar puli, klepon, sawut, jongkong, gatot, gethuk, thiwul (gula pasir/merah), ketan putih/hitam, jagung grontol, jadah blondo, cenil. Dengan tiga ribu rupiah saja sudah dijamin bakal kekenyangan di sini.
   
Persis di sebelah lapak Bu Suminem, ada lapak Sambel Pecel Sedep yang berjualan berbagai jenis sambel pecel. Ada sambel wijen, sambel cabuk rambak, berbagai jenis sambal kering. Cocok untuk oleh-oleh. Sambel pecel-nya berkualitas. Lebih berkarakter ketimbang yang sering kita beli di toko swalayan.
   
Bila ingin makan pecel, mampirlah ke Pecel Bu Nanik di tengah pasar. Jualannya komplet. Sebagai pendamping pecel, tersedia antara lain: buntil, gudeg, rendang jengkol, dan lain-lain. Bu Nanik juga menyajikan brambang asem dengan lauk tempe gembus yang sangat khas Solo.
   
Pasar Gede juga kondang sebagai tujuan untuk membeli berbagai jenis kue basah murah-meriah. Mirip Pasar Subuh di Pasar Senen, tetapi dalam skala mini. Ayam goreng dari Pasar Gede juga sangat populer. Ini adalah gagrak ayam kampung yang dibacem, kemudian digoreng. Sungguh gurih!
   
Bila meninggalkan Pasar Gede, jangan lupa di pintu masuk juga ada penjual berbagai makanan masak yang dapat dibawa pulang untuk disantap di rumah. Garang asem-nya cukup baik, begitu juga berbagai jenis lauk-pauk yang siap dibungkus. Dulu di sini juga ada yang menjual cabuk - pepes khas Solo berwarna hitam, terbuat dari wijen, parutan kelapa, daun sembukan, dan lain-lain. Sekarang, cabuk seperti itu dapat diperoleh di Toko Sinar (d/h Toko Sin), di sisi pasar, di bawah jembatan penyeberangan. Jangan lupa membungkus lemper AS (Asli Solo) dari Toko Sin yang kualitasnya mirip lemper ayam Nyonya Ali di Petogogan, Jakarta Selatan.
   
Oke, sampailah kita ke tujuan terakhir di bagian belakang Pasar Gede, tidak jauh dari tempat pembuangan sampah. Di situ ada sebuah "lembaga" kebanggaan orang Solo, yaitu Timlo Sastro. Juga dikenal sebagai Timlo Balong karena lokasinya di Jalan Balong, Pasar Gede Timur (0271 654820). Timlo Sastro sudah eksis sejak 1952 dan merupakan perintis dari ikon kuliner Solo ini.
   
Timlo adalah masakan berkuah segar gurih. Isinya adalah irisan telur pindang dan ati-ampla ayam, serta irisan kulit lumpia goreng. Gayeng tur nyamleng! (Bondan Winarno)

sumber : http://berita.klikunic.com/2010/11/wwwdetikcom-home.html


Artikel Terkait: