Ilmuwan berhasil menemukan pemukiman kuno di dataran tinggi Ethiopia. Temuan ini menyediakan informasi kebudayaan dan pengaruhnya pada kebudayaan sekitar.
Jorg Fassbinger dari Geophysics Department of Earth and Enviromental Sciences, Ludwig-Maximilians University dan Margaret Schlosser dari German Archaeological Institute sudah melakukan pencarian situs itu sejak awal Mei.
Ilmuwan meneliti situs yang diduga pemukiman kuno di wilayah barat laut Ethophia, tepatnya di Tigray yang merupakan lokasi Yeha. Tempat itu diyakini menjadi pusat Kerajaan Diamat 700 Sebelum Masehi (SM).
Tim ini menggunakan magnetometer guna mendeteksi keanehan gelombang geomagnetik yang menjadi penanda adanya obyek tersembunyi, termasuk struktur tembok, makam, dan bangunan lain.
Teknologi ini jarang digunakan, biasanya hanya dipakai di negara dekat ekuator. Magnetometer merupakan alat untuk mencari benda-benda kuno yang terkubur dalam tanah.
"Pada penggalian pertama, tembok batu, situs pemakaman serta tulang-tulang hewan yang berasal dari zaman yang berbeda-beda ditemukan," ujar Fassbinger.
Selain itu, tim juga menemukan pecahan keramik yang diduga berasal dari periode Ethio-Sabean, seribu tahun SM.
Jorg Fassbinger dari Geophysics Department of Earth and Enviromental Sciences, Ludwig-Maximilians University dan Margaret Schlosser dari German Archaeological Institute sudah melakukan pencarian situs itu sejak awal Mei.
Ilmuwan meneliti situs yang diduga pemukiman kuno di wilayah barat laut Ethophia, tepatnya di Tigray yang merupakan lokasi Yeha. Tempat itu diyakini menjadi pusat Kerajaan Diamat 700 Sebelum Masehi (SM).
Tim ini menggunakan magnetometer guna mendeteksi keanehan gelombang geomagnetik yang menjadi penanda adanya obyek tersembunyi, termasuk struktur tembok, makam, dan bangunan lain.
Teknologi ini jarang digunakan, biasanya hanya dipakai di negara dekat ekuator. Magnetometer merupakan alat untuk mencari benda-benda kuno yang terkubur dalam tanah.
"Pada penggalian pertama, tembok batu, situs pemakaman serta tulang-tulang hewan yang berasal dari zaman yang berbeda-beda ditemukan," ujar Fassbinger.
Selain itu, tim juga menemukan pecahan keramik yang diduga berasal dari periode Ethio-Sabean, seribu tahun SM.
Artikel Terkait: